Selasa, 22 November 2011

faithful to the promise


Sebuah penantian panjang cinta sejati
yang tak sanggup diungkapkan dengan untaian kata
ataupun melalui sebentuk langit biru
atau sesegarnya udara pagi
Jika penantian yang diuji dari kesendirian
kumohon kali ini Yaa Rabb jangan uji hamba Mu ini
penantian dari bukti cinta yang kuinginkan
cinta sejati yang ingin ku rasakan
Ada bayangnya dalam penantian panjangku
ada nama yang selalu terukir direlung hatiku
seutas wajah yang selalu terngiang dalam ingatanku
meski ku tak tahu
entah kapan mampu untuk bertemu dan bertegur sapa padanya
Penantian ini setia ku ukir
mengunggumu ku takkan merasa sia-sia
jika penantianku adalah kesetiaanmu
biarkan syair ini menjadi penantianku !

Sabtu, 19 November 2011

waiting for a true love



Cinta itu seperti apa?

Apakah benar tersusun rapih dan terjelaskan seperti tiap-tiap rumus dalam ilmu pasti?

Ataukah penuh dengan kemungkinan tak terduga seperti ilmu keuangan?

Atau jelas terpatri dalam tiap pikiran orang layaknya butir-butir pasal dalam suatu akidah?

Atau mungkin tetap tak bergoyang turun temurun dari awal manusia sebelum kita seperti seonggok sejarah lawas yang penuh dengan ketiadaan pasti di tiap detail alurnya?

Tetap sulit dijelaskan, karena cinta itu mengalir tak tentu arah datangnya. Maka tunggulah dan biarkan cinta datang kepadamu, merasuk dalam tiap-tiap tulang dan mengalir dalam darahmu, biarkan dia menyelami pikiran, jiwa dan hatimu. Walaupun keberadaannya kadang menyakitimu namun biarkan dia menjelaskan makna dari dirinya, karena sungguh dalam penciptaanNya CINTA adalah kebahagian murni.

Mereka yang tak menyukai cinta menyebutnya tanggung jawab. Mereka yang bermain cinta menyebutnya permainan. Mereka yang telah dibutakan oleh sakitnya cinta menyebutnya omong-kosong. Mereka yang tak memilikinya menyebutnya impian. Dan mereka yang tak percaya dengan cinta menyebutnya kepalsuan. Namun mereka yang mencintai menyebutnya takdir.

Dalam kuasaNya Tuhan tahu apa Yang Terbaik. Dia akan menimpakan kesusahan tuk menguji diri kita. Terkadang Ia pun melukai hati supaya hikmat-Nya dapat tertanam dalam diri. Jika saatnnya kita kehilangan cinta, pastilah ada alasan terbaik dibaliknya.

Alasannya yang kadang sulit kita pahami dan kita mengerti. Namun dalam penuh tanda tanya itu tetaplah kita percaya bahwa saat Dia mengambil sesuatu, Dia telah siap memberi kita yang lebih baik.

Namun dalam kesendirian itu kita tetap harus dengan sabar menunggu.
Mengapa menunggu?
Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa bukan? dan harus dalam ketenangan hati. Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono dan ceroboh. Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cinta maka pahamilah. Jika kita ingin berlari maka belajarlah berjalan dahulu. Jika kita ingin berenang maka belajarlah mengapung dahulu. Seperti layaknya kita mengharap sesuatu makan lakukan hal tuk meraihnya. Sama seperti cinta, jika kita ingin dicintai maka belajarlah mencintai dahulu.

Pada akhirnya, lebih baik mengunggu orang yang kita harapkan ketimbang memilih apa yang ada sekarang.

Dan tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai daripada memuaskan diri dengan apa yang ada.

Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, karena hidup ini terlampau singkat tuk dilewatkan bersama pilihan yang salah.

Karena sebenarnya menunggu memiliki tujuan yang misterius.

Perlu kita ketahui bunga tak mekar dalam waktu semalam.
Kemerdekaan tak direngkuh dalam sekejap mata.
Kehidupan dirajut dalam sembilan bulan.
Dan cinta yang agung terus tumbuh selama kehidupan.
Kebanyakan hal yang indah memerlukan waktu yang lama dan penantian kita takkan pernah sia-sia.

Walaupun menunggu memerlukan banyak hal, iman, keberanian, pengharapan dan penuh dengan kesabaran, namun penantian selalu menjanjikan hal-hal yang tak dapat seorangpun bayangkan.
Dan pada akhirnya Tuhan meminta kita menunggu karena alasan yang penting.

Kamis, 17 November 2011

see, hear, feel, and die slowly


“Aku malam dan dia pelangi. Aku gelap, dia terang. Aku dingin, dia hangat. Aku terlena, dia mempesona. Aku diam, dia bisu.
Aku tanda tanya, dia jawabnya.”
Aku adalah malam
Dalam gelap aku ada, dalam gelap aku tampak,
Dan jadilah kau Pelangi. karena gelap kau ada,
Karena gelap kau indah
Aku hanyalah malam dan engkau hanyalah pelangi
Saat gelap kita berbagi
Saat gelap kita abadi

64 ? ya sudah 64 hari. Apa yang kurindukan saat ini? Menangis di sudut bibirmu. Lalu, membiarkan diriku meratapi kebahagiaan yang hanya kau rasa, saat atau tidak bersamamu lagi. Hari ini, detik ini, dan mungkin sampai nanti. Sejauh kakiku melangkah, tak surut jejakku menanti sang Penyatuan perasaan dari keterpisahan jarak juga kenyataan itu datang padaku. Aku hanya bisa memerdekakan diriku sejenak, lalu kembali bertekuk lutut di hatimu, lagi, dan lagi, satu-satunya. Entah dimana, dan kapan masanya. Hanya itu, kuasaku sepertinya.

Dia. Sebut saja dia Pelangi. Beraneka warna, dingin, dan amat mempesona. Aku mencintainya lebih dari cinta Romeo yang menjadikannya tersakiti lalu mati. Aku menggilainya lebih dari gilanya pasien rumah sakit jiwa yang dirantai dan didera. Ini memang gila, ini memang di luar logika, tapi aku suka.

Pelangi, Sudah lama aku sangat menyayangi dan mencintaimu. Entah karena apa, itu pun belum bisa terjawab oleh ku. Yang kurasakan dari dulu hingga sekarang ini hanya berdasarkan dari hati ku saja. Aku tak mengerti mengapa ini bisa terjadi padaku. Aku merasa seperti seseorang yang sedang berjalan sendiri menuju tempat yang ku tak tahu dimana tempat itu berada. Bodoh memang, tapi itu yang kurasa.

Dengarlah wahai Pelangi, walaupun berkali-kali kamu mencoba untuk mematikan apa yang kurasa. Perasaan ini semakin bergejolak untuk tetap berdiri kukuh dan berpegang pada keyakinan diri ini. Entah dimana, entah kapan masanya, cinta itu memanggilku lagi? Jika itu yang terjadi, semoga kamu lah tujuanku berlari untuk yang terakhir dalam hidupku.

Harapanku padamu sangatlah begitu besar wahai Pelangi.

Jika aku boleh memilih, aku membutuhkan rindu sebagai kata-kata yang ingin kudengar dari bibirmu, setiap hari. Seperti malam yang terlukiskan bintang. Seperti mimpiku yang selalu ku hias dengan warnamu, warna Pelangi.

Ini tulisanku yang pertama untuk-Mu Tuhan. Terimakasih Tuhan Engkau telah menciptakan Pelangi, sesosok makhluk yang terindah yang sempat mengindahkan hari-hariku. Terimakasih Tuhan Engkau telah memberikanku kesempatan untuk bertatap muka dan berbincang kata dengan Pelangi. Terimakasih Tuhan atas umur dan waktu yang Pelangi berikan padaku, walau sebentar tapi sangatlah lama kurasa. Kini, aku bisa melihat pesona keindahannya, mendengar suara merdunya, dan merasakan peluk dingin dan hangatnya Pelangi, di dalam bayangan dan ingatanku.

Dan, Pelangi. Bagaimana dengan dia? Aku bisa terus memperhatikannya dari sini, dari tempat yang sangat ku suka. Karena sejujurnya, aku tak berhenti mencintainya, aku hanya berhenti menunjukkannya.


Pelangi
Walau aku dan kamu tak bisa saling bersentuhan,
tapi aku masih bisa mencintaimu dari sini, masih bisa melihat pesona keindahanmu,
masih bisa mendengar suara merdumu, dan masih bisa merasakan peluk dingin dan hangatmu, dengan jarak dan tempat yang mungkin tak kau ketahui.